Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Insiden siber makin sering terjadi. Tidak ada perusahaan yang menginginkannya, tapi kenyataannya risiko ini tidak bisa dihindari. Karena itu, kunci utamanya adalah persiapan. Semakin siap sebuah bisnis, semakin kecil dampak operasional, finansial, dan reputasi yang harus ditanggung.

Dengan pola pikir “siaga sebelum terjadi apa-apa”, perusahaan bisa mengubah potensi krisis menjadi masalah yang lebih mudah dikendalikan.

1. Kenali Jenis Insiden Siber

Serangan zaman sekarang makin pintar. Banyak pelaku masuk memakai akun yang dicuri, sehingga terlihat seperti aktivitas normal.

Jenis insiden yang paling sering muncul:

  • Ransomware – Data dikunci, lalu diminta tebusan. 
  • Penipuan email – Email palsu yang mirip asli untuk minta data atau uang. 
  • Gangguan internal – Sistem error, salah konfigurasi, atau vendor down. 
  • Kebocoran data – Baik karena serangan maupun kelalaian. 
  • Ancaman berbasis AIDeepfake, phishing otomatis, dan serangan yang makin canggih.

2. Persiapan sebelum Insiden Terjadi

Kunci utama adalah punya rencana dan rutin latihan. Jangan sampai saat insiden muncul, tiap tim punya prioritas sendiri-sendiri.

Checklist persiapan:

  • Punya dan update Incident Response Plan tiap 3 bulan. 
  • Tugas dan peran tiap tim jelas (IT, legal, PR, operasional). 
  • Punya saluran komunikasi cadangan kalau email/telepon lumpuh. 
  • Backup rutin dan dites berkala. 
  • Vendor forensik, legal, dan komunikasi krisis sudah disepakati. 
  • Simulasi insiden dilakukan rutin, bukan setahun sekali. 
  • Asuransi siber dicek apakah sudah sesuai risiko. 

Checklist pelatihan karyawan:

  • Pelatihan anti-phishing dan social engineering. 
  • Materi pelatihan diperbarui tiap tahun. 
  • Prosedur helpdesk diperkuat. 
  • Latihan penggunaan sistem komunikasi darurat.

3. Saat Insiden Sedang Terjadi

Jangan buru-buru bertindak tanpa data. Banyak perusahaan memperparah situasi karena terlalu cepat menghapus perangkat atau memulihkan dari backup yang ternyata juga terinfeksi.

Checklist respon cepat:

  • Aktifkan Incident Response Plan dan kabari asuransi. 
  • Gunakan platform komunikasi cadangan. 
  • Isolasi sistem yang terdampak. 
  • Libatkan forensik digital dan tim legal. 
  • Evaluasi dulu sebelum mengambil keputusan soal ransomware. 
  • Satu suara dalam komunikasi ke publik dan internal.

4. Setelah Insiden Selesai

Proses pemulihan bisa makan waktu lebih lama dari serangannya. Dokumentasi lengkap sangat penting untuk laporan dan klaim asuransi.

Checklist pemulihan:

  • Pastikan backup bersih sebelum dipulihkan. 
  • Hitung kerugian dengan bantuan forensic accounting. 
  • Simpan semua bukti dan log. 
  • Update rencana respon berdasarkan pelajaran insiden. 
  • Komunikasikan perkembangan ke pelanggan/mitra. 
  • Tinjau ulang kontrak dan asuransi.

Keamanan siber adalah proses rutin, bukan proyek sekali jalan. Perusahaan yang disiplin berlatih dan mengevaluasi diri akan jauh lebih siap menghadapi insiden apa pun.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Marsh, dengan judul Cyber Incident Management: A Checklist for Business Resilience. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.