Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Industri produk kesehatan memiliki tugas untuk mendorong berjalannya ekonomi global selama pandemi 2020. Pada tahap pertama pandemi, misalnya, alat pelindung diri (APD) didistribusikan. Diagnostik polymerase chain reaction (PCR) pun menjadi penting, seperti halnya berbagai terapi. Vaksin terus dikembangkan untuk menyelamatkan nyawa.

Menurut Travis McIntosh, Manajer Produk Praktik Industri di Chubb Insurance, Covid-19 menciptakan peningkatan permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk produk-produk manufaktur, seperti laptop dan monitor untuk orang-orang yang bekerja dari rumah. Di sisi lain, kapasitas dan ketersediaan input manufaktur harus dikurangi akibat tidak adanya tenaga kerja. Inilah yang menyebabkan krisis rantai pasokan global.

Sementara itu, industri produk kesehatan rupanya mampu menghadapi tantangan tersebut. Alasannya, rantai pasokan industri ini memiliki pengawasan regulasi. Artinya, industri produk kesehatan memiliki standar yang wajib dipatuhi dengan jaminan kualitas, seperti yang ditentukan oleh Good Manufacturing Practice dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau ISO 13485.

Di samping itu, pada industri farmasi dan bioteknologi, terdapat tingkat outsourcing dan transfer teknologi manufaktur yang tinggi. Hal ini memunculkan kebutuhan vendor dan penyedia layanan dalam industri tersebut, yang juga disertai dengan kebutuhan sertifikasi dan audit ulang oleh regulator.

Bisnis di luar industri ilmu hayati menciptakan keadaan normal baru (new normal) dalam manajemen pasokannya melalui enam area utama.

  • Pertama, rencana pemulihan bencana. Hal ini menunjukkan pentingnya rencana resmi untuk setiap bisnis.
  • Kedua, kesadaran risiko. Bukan hanya bencana alam, risiko geopolitik dan potensi di dunia maya juga perlu dipertimbangkan.
  • Ketiga, inventarisasi. Pemahaman komponen dan tingkat inventaris diperlukan agar bisnis tetap memadai.
  • Keempat, pemeriksaan mitra. Hal ini mencakup lokasi dan sumber produk mitra
  • Kelima, asuransi. Pastikan program transfer risiko sesuai dengan tujuan.
  • Keenam, kesigapan. Setiap bisnis dan perusahaan harus memiliki skenario bencana tiruan untuk menguji rencana pemulihan bencana.

 

Artikel ini telah diterbitkan oleh Strategic Risk, dengan judul Supply Chain Lessons from The COVID-crisis. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.