Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Pertumbuhan global melebihi ekspektasi pada 2023 sehingga probabilitas resesi global turun secara substansial pada 2024—demikian disebutkan oleh data Oxford Economics. Dalam survei risiko global Oxford Januari 2024, probabilitas resesi adalah sebesar 7,2% atau telah menurun setengahnya dari angka yang diberikan pada Oktober 2023.

Namun, meskipun prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil global pada 2024 di atas 2%, tingkat pertumbuhan diperkirakan akan lebih lambat dibandingkan tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh kondisi di Zona Euro, Inggris, dan Amerika Latin, yang diperkirakan akan menghasilkan pertumbuhan PDB riil kurang dari 1%. Sementara itu, wilayah yang diyakini akan memimpin pertumbuhan PDB riil dunia adalah Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika, dengan Amerika Serikat (AS) berada di belakangnya.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh analisis Oxford. Meskipun inflasi turun secara substansial pada 2022 dan awal 2023, penurunan suku bunga diperkirakan dilakukan secara bertahap, dimulai sekitar pertengahan 2024. Pertumbuhan ekspor riil juga diperkirakan melemah di Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Inggris tahun ini.

Perkiraan Oxford mencerminkan sentimen pemimpin keuangan AS dalam survei CFO Grant Thornton pada kuartal keempat 2023. Dalam survei tersebut, CFO mengungkapkan kepercayaan diri yang tinggi dalam fungsi rantai pasokan, pengendalian biaya, dan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja.

Dengan keadaan tersebut, pertumbuhan diyakini akan menjadi lebih kuat pada paruh kedua 2024, dengan inflasi dan suku bunga yang menurun. Turunnya inflasi akan menuju target suku bunga 2% pada akhir 2024.

Sementara itu, prediksi yang cukup kuat untuk ekonomi dunia datang dengan beberapa peringatan. Pertama, jika penurunan suku bunga tidak dimulai, periode panjang dengan suku bunga tinggi dapat membekukan kredit dan hanya memicu sedikit pertumbuhan selama beberapa tahun. Kedua, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah atau antara Tiongkok dan Taiwan dapat memicu sejumlah konsekuensi, seperti lonjakan harga minyak ataupun hambatan perdagangan dan teknologi terhadap Tiongkok. Kondisi ini dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi global yang serius.

Konflik di Timur Tengah menyebabkan ketidakpastian dalam prospek harga minyak dan kenaikan tarif pengangkutan. Yang disebut terakhir terjadi karena serangan terhadap kapal-kapal komersial di koridor Laut Merah. Sebuah grafik dari Oxford menunjukkan bahwa rute alternatif dapat memakan waktu hingga dua pekan lebih lama (Shanghai—Rotterdam).

Oxford memprediksi bahwa serangan Laut Merah tidak mengganggu upaya-upaya untuk menekan inflasi di Eropa. Secara global, prospek pertumbuhan Oxford justru cukup optimis, terutama untuk paruh kedua 2024.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Grant Thornton, dengan judul “Analysis: Risk of Global Recession Falls Substantially” pada 21 Maret 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.