Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Kebutuhan adaptasi menjadi topik perdebatan di Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim ke-28 atau Conference of Parties (COP28). Namun, penekanan pada adaptasi ini tidak lantas mengurangi pentingnya mitigasi.

Adaptasi yang berhasil dapat membuat masyarakat dan bisnis lebih tahan terhadap dampak iklim di masa depan dan saat ini. Adaptasi juga masuk akal dari sudut pandang ekonomi. Sebuah laporan resmi World Economic Forum pada 2023 pun menyerukan agar bisnis memberikan penekanan yang lebih besar pada adaptasi.

Fokus pada Adaptasi

Dampak perubahan iklim terhadap cuaca menjadi semakin nyata. Analisis menunjukkan bahwa 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat. Frekuensi cuaca ekstrem juga berada dalam tren kenaikan yang stabil. Semua ini berdampak buruk pada kehidupan serta menimbulkan kerusakan ekonomi. Pada 2022 saja, bencana alam menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 313 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Risiko perubahan iklim jauh melampaui aset bisnis itu sendiri. Dampak iklim juga muncul terhadap kesehatan, keselamatan, dan mata pencaharian masyarakat di seluruh dunia. Semua pekerja, baik yang bekerja di dalam maupun di luar ruangan, akan makin rentan terhadap gangguan dan potensi cedera akibat peristiwa terkait iklim.

Pada 2030, lebih dari 2% total jam kerja di seluruh dunia diproyeksikan akan hilang setiap tahun karena terlalu panas atau karena pekerja harus bekerja dengan kecepatan yang lebih lambat, menurut International Labour Organization (ILO). Panas yang ekstrem terbukti memperburuk tingkat cedera di lingkungan dalam ruangan. Analisis Marsh pada 2023 menunjukkan. klaim kompensasi pekerja yang berhubungan dengan panas telah meningkat secara signifikan dalam 10 tahun terakhir. Jumlah klaim mencapai puncaknya selama peristiwa El Niño dari 2014 hingga 2016.

Manfaat Adaptasi

Adaptasi tidak hanya menawarkan pengembalian investasi (return of investment/ROI) dalam hal ketahanan bisnis, tetapi juga mendukung dan memungkinkan upaya mitigasi. Contoh upaya adaptasi, antara lain, pengadaan tanaman tahan kekeringan, reboisasi, dan sistem peringatan dini.

Saat ini, makin penting bagi perusahaan untuk memahami dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Untuk membentuk strategi adaptasi yang efektif, kita perlu melihat jauh melampaui aset yang dimiliki dan memikirkan risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim di seluruh rantai nilai.

Industri asuransi memiliki pemahaman mendalam tentang risiko  perubahan iklim. Mereka dapat membentuk respons proaktif terhadap risiko-risiko yang menempatkan adaptasi di samping mitigasi. Perusahaan asuransi memiliki keahlian dalam melihat risiko-risiko ini melalui data.

Hal yang paling diperlukan perusahaan adalah kemampuan visibilitas terhadap rantai pasokan. Baik untuk mengukur emisi maupun mengurangi paparan peristiwa risiko fisik, visibilitas rantai pasokan merupakan faktor pendukung yang penting untuk melakukan strategi adaptasi yang efektif. Adaptasi yang berhasil tidak hanya dapat melindungi bisnis dan masyarakat dari dampak buruk perubahan iklim, tetapi juga mendorong inovasi yang dibutuhkan untuk masa depan tanpa emisi karbon.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Marsh, dengan judul “Adaptation & Insurance in A Changing Climate” pada 2 Juli 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.