Pada Rabu, 29 Oktober 2025, pembukaan konsentrasi S-2 Enterprise Risk Management Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro dan visiting professor dengan topik “Enterprise Risk Management: A Governance and Management Perspective” diselenggarakan oleh Indonesia Risk Management Professional Association (IRMAPA), bekerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (FT UNDIP).

Acara yang digelar secara daring melalui Zoom ini dihadiri oleh jajaran dosen, mahasiswa, serta praktisi manajemen risiko dari berbagai daerah di Indonesia. Sambutan diberikan secara langsung oleh Sekretaris Jenderal IRMAPA Raden Rachmadi Gustrian, yang menyampaikan bahwa kerja sama antara IRMAPA dan FT UNDIP telah dirintis sejak penandatanganan memorandum of understanding pada Juni 2025. Kerja sama ini meliputi pembentukan tim kurikulum yang merancang program pembelajaran relevan dengan kebutuhan dunia profesional sekaligus memperkuat kapasitas nasional dalam bidang manajemen risiko.

“Sebagai langkah konkret, IRMAPA dan tim penyusun kurikulum mempunyai tugas merancang pembelajaran yang relevan, komprehensif, dan selaras dengan kebutuhan dunia profesional di bidang manajemen risiko,” ujar Rachmadi.

Sementara itu, Prof. Dr. Nita Aryanti S.T. M.T., Wakil Dekan I FT UNDIP, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program World Class University (WCU) UNDIP yang berkomitmen menghadirkan pembelajaran berkelas dunia.

“Kehadiran Prof. Peter menjadi bukti komitmen kami untuk memperkaya wawasan mahasiswa dan dosen dalam perspektif global. Kami berharap program super spesialisasi ini menarik lebih banyak mahasiswa yang ingin mengembangkan diri di bidang manajemen risiko,” ujarnya.

Agenda selanjutnya adalah paparan langsung dari Prof. Dr. rer oec Arfan Bakhtiar S.T. M.T. selaku Ketua Prodi S2 Teknik dan Manajemen Industri UNDIP, mengenai kurikulum perkuliahan S-2 Enterprise Risk Management di UNDIP. Sebagai informasi, kurikulum tersebut juga melibatkan kontribusi IRMAPA sebagai bagian dari tim penyusunnya. Berikutnya, Prof. Peter Verhezen dari University of Antwerp sekaligus AMS Partner The Boardroom Partnership akan memberikan materi, dengan dimoderatori oleh Bambang Purwanggono. 

Arfan Bakhtiar: Informasi Kurikulum Perkuliahan S-2 Enterprise Risk Management UNDIP

Diungkapkan oleh Arfan, kerja sama antara IRMAPA dan Fakultas Teknik UNDIP menjadi latar belakang kurikulum yang digunakan dalam konsentrasi S-2 Enterprise Risk Management. Selain itu, komitmen yang dimiliki untuk mengembangkan pendidikan di bidang manajemen risiko dan membangun ekosistem manajemen risiko juga menjadi dasar kuat terselenggaranya program tersebut.

Mahasiswa konsentrasi S-2 yang dimaksud disebutkan akan menempuh setidaknya empat semester dengan total 45 SKS. Pada semester 1, terdapat 18 SKS, kemudian berturut-turut 15 SKS, 12 SKS, dan 9 SKS, masing-masing pada semester 2, 3, dan 4. Program inti terdapat pada semester kedua. Pada periode tersebut, mahasiswa diarahkan mempelajari mata kuliah utama, yaitu Enterprise Risk Management dan Quantitative Risk Management.

Arfan juga menyebutkan sejumlah mata kuliah pilihan yang tersedia. Daftar pilihan ini mencakup mata kuliah Sustainability Risk Management, Project Risk Management, Operational Risk Management, Strategic Risk Management, Crisis and Business Continuity Management, dan Cyber Risk Management. Dalam pelaksanaannya, perkuliahan akan ditempuh melalui 11 pertemuan daring dan 3 pertemuan luring dengan menggunakan block system dalam satu pekan. Seluruh perkuliahan akan didukung oleh 17 dosen, dengan 9 profesor di antaranya.

Peter Verhezen: Transformasi Menuju Keputusan yang Cerdas, Bijak, dan Tercerahkan

Dalam paparannya, Peter membahas pentingnya pengembangan tata kelola, risiko, dan kepatuhan (governance, risk, and compliance/GRC) sebagai fondasi organisasi yang berkelanjutan. Menurutnya, GRC adalah “syarat utama agar organisasi bertahan di tengah krisis”. Namun, untuk menjadi unggul, organisasi perlu melangkah lebih jauh melalui tiga transformasi penting: dari kompeten ke cerdas (smart), dari cerdas ke bijak (wise), dan dari bijak ke kepemimpinan yang tercerahkan (enlightened leadership).

Peter menjelaskan bahwa transformasi menuju pengambilan keputusan yang bijak menuntut integrasi antara kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan nilai-nilai etis. AI memang dapat membantu organisasi membuat keputusan yang lebih cepat dan berbasis data, tetapi manusia harus tetap menjaga tanggung jawab moral dan sosial saat memanfaatkannya. “Teknologi masa depan akan makin manusiawi,” tegas Peter, “karena yang kita butuhkan bukan sekadar kecerdasan buatan, tetapi kebijaksanaan yang nyata.”

Selain itu, Peter juga menyoroti perlunya keseimbangan antara kepatuhan regulasi dan keberanian mengambil risiko strategis. Terlebih, risiko tidak selalu negatif. Risiko strategis justru merupakan ruang bagi inovasi dan pertumbuhan. Dengan tata kelola yang baik, risiko bisa menjadi peluang.

Pada akhirnya, manajemen risiko tidak lagi sekadar alat kontrol, melainkan juga instrumen kepemimpinan strategis yang memadukan etika, kecerdasan digital, dan visi keberlanjutan.

Setelah pemaparan materi selesai dilakukan, acara ini ditutup dengan sesi diskusi atau tanya jawab.