Di balik pergerakan angka-angka pasar, ada faktor lain yang sering kali menentukan arah investasi: emosi manusia. Inilah yang dipelajari dalam keuangan perilaku, sebuah bidang yang menggabungkan psikologi kognitif dengan teori keuangan untuk memahami bagaimana persepsi dan bias memengaruhi keputusan investor.
Konsep ini mulai dikenal sejak George Seldon menulis tentang psikologi pasar pada 1912, lalu berkembang pesat berkat riset Daniel Kahneman dan Amos Tversky (1979) serta teori “akuntansi mental” Richard Thaler (1980).
Mengapa penting bagi manajer risiko?
Bagi manajer risiko, keuangan perilaku bukan sekadar teori akademis. Pemahaman ini berguna untuk:
- Mengidentifikasi bias psikologis yang membuat investor bertindak irasional.
- Membantu klien mengambil keputusan keuangan yang lebih bijak.
- Menambah perspektif dalam membaca dinamika pasar.
- Menjelaskan mengapa pasar terkadang tampak seperti “kasino raksasa” akibat dominasi keputusan emosional.
Dengan kata lain, keuangan perilaku memperkaya analisis risiko sekaligus meningkatkan strategi pengelolaan keuangan.
Lima bias umum dalam keuangan perilaku
Saat emosi mengambil alih, investor kerap membuat keputusan yang tidak rasional. Berikut lima bias yang paling sering ditemui:
- Keengganan terhadap kerugian – Rasa takut rugi lebih besar daripada keinginan untung, sehingga investor cenderung menahan aset merugi terlalu lama atau mengambil risiko berlebihan.
- Bias keakraban – Hanya memilih investasi yang sudah dikenal, meski kurang menguntungkan, sehingga portofolio tidak terdiversifikasi.
- Naluri kawanan – Mengikuti langkah mayoritas tanpa analisis, yang bisa memicu gelembung harga atau bahkan krisis.
- Terlalu percaya diri – Melebih-lebihkan kemampuan sendiri, sehingga melakukan transaksi berlebihan dan menurunkan hasil investasi.
- Bias status quo – Enggan mengubah portofolio meski kondisi pasar berubah, membuat investor tidak siap menghadapi risiko baru.
Bagi perencana keuangan, analis, dan manajer risiko, memahami keuangan perilaku berarti mampu mengenali bias klien sekaligus dinamika pasar yang digerakkan emosi. Dengan itu, mereka dapat memberikan nasihat yang lebih bernilai, memperkuat strategi pengelolaan risiko, dan menjaga posisi profesional di industri keuangan yang semakin kompleks.
Artikel ini telah diterbitkan oleh PRMIA, dengan judul Why is Behavioral Finance Important to Risk Managers?