Perubahan iklim telah menjadi sumber risiko besar bagi keuangan dan ekonomi global. Risiko fisik—seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan badai—bisa merusak aset, mengganggu rantai pasokan, bahkan menurunkan produktivitas tenaga kerja dan memicu krisis pangan.
Apa Itu Risiko Fisik Iklim?
Risiko fisik dibagi menjadi dua jenis:
- Risiko akut, seperti badai, banjir, dan kebakaran hutan yang terjadi secara tiba-tiba.
- Risiko kronis, seperti naiknya permukaan laut dan suhu rata-rata yang terus meningkat secara perlahan.
Risiko ini jadi nyata ketika suatu tempat atau aset terpapar dan rentan. Misalnya, pabrik di dataran rendah akan lebih berisiko terdampak banjir. Bahkan dua bangunan di lokasi yang sama bisa punya tingkat kerentanan berbeda tergantung desain dan langkah adaptasi yang diambil.
Kenapa Risiko Ini Semakin Parah?
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (The Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) menyatakan bahwa aktivitas manusia—terutama pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan—telah menyebabkan pemanasan global. Akibatnya:
- Kadar karbon dioksida (CO₂) di atmosfer kini tertinggi dalam 2 juta tahun terakhir.
- Permukaan laut naik dengan kecepatan tercepat dalam 3.000 tahun.
- Gletser mencair lebih cepat dari 2.000 tahun terakhir.
- Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah, untuk pertama kalinya suhu rata-rata global melewati 1,5°C di atas era pra-industri.
Dampaknya terhadap Ekonomi
Perubahan iklim mempengaruhi berbagai sektor. Contohnya, banjir besar di Thailand tahun 2011 menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari 45 miliar dolar AS. Gangguan ini merambat dari industri lokal hingga produsen elektronik global. Kota-kota besar, terutama di negara berkembang, menghadapi risiko “climate whiplash” — kekeringan ekstrem yang tiba-tiba diikuti banjir besar.
Selain kerugian langsung, risiko fisik juga bisa memicu efek berantai. Misalnya, cuaca ekstrem memaksa orang mengungsi, menghancurkan infrastruktur dan lahan pertanian, yang kemudian memicu konflik, krisis pangan, hingga masalah kesehatan.
Risiko fisik tidak berdiri sendiri. Ia saling terkait dengan risiko lainnya, seperti hilangnya keanekaragaman hayati, kelangkaan sumber daya alam, dan tekanan sosial. Dampaknya bisa sangat besar dan tidak selalu sebanding dengan angka kenaikan suhu global saja. Bahkan, sistem alam bisa mencapai “tipping point”, yaitu titik kritis di mana kerusakan menjadi permanen.
Perusahaan tidak bisa lagi mengabaikan risiko ini. Mereka perlu:
- Mengurangi dampak yang ditimbulkan terhadap iklim (mitigasi).
- Menyiapkan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim.
- Memahami bagaimana rantai pasok, aset, dan pelanggan mereka bisa terdampak oleh cuaca ekstrem atau perubahan jangka panjang.
Bagi lembaga keuangan, ini berarti mereka harus menilai bagaimana portofolio pinjaman dan investasinya terpapar risiko fisik. Menurut riset GARP, selama ini banyak lembaga lebih fokus pada risiko transisi (perubahan kebijakan menuju ekonomi rendah karbon), padahal risiko fisik terus meningkat.
Sebagai langkah awal, forum risiko iklim di Inggris telah menerbitkan panduan penggunaan analisis skenario untuk memahami kebutuhan dan peluang adaptasi.
Masa depan risiko fisik sangat tergantung pada seberapa besar emisi gas rumah kaca dapat ditekan. Sayangnya, komitmen negara-negara saat ini baru cukup untuk membatasi pemanasan global maksimal pada 2,6°C—jauh dari target Perjanjian Paris (di bawah 2°C). Bahkan, penyerapan karbon oleh hutan dan laut semakin melemah, sehingga kadar CO₂ terus naik lebih cepat.
Dengan situasi seperti ini, tidak heran jika banyak negara mulai memasukkan isu iklim ke dalam strategi pertahanan nasional mereka.
Risiko fisik akibat perubahan iklim sudah terjadi sekarang dan akan makin parah di masa depan. Oleh karena itu, perusahaan—terutama sektor keuangan—harus mulai serius memasukkan risiko ini ke dalam perencanaan bisnis jangka panjang. Namun, hal yang paling mendesak adalah membiayai transisi menuju ekonomi rendah karbon secepat mungkin agar bencana sistemik tidak menumpuk dalam beberapa dekade ke depan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh GARP, dengan judul Understanding the Physical Risks Associated with Climate Change. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.