Menurut laporan khusus IPCC tentang perubahan iklim dan lahan, aktivitas manusia telah mengubah sekitar 75% permukaan lahan bumi dalam milenium terakhir. Perubahan ini didorong oleh aktivitas seperti pertanian, urbanisasi, infrastruktur, dan ekstraksi sumber daya alam.
Lahan memiliki peran penting dalam menjaga kualitas udara dan air, mendukung ekonomi, serta mengurangi dampak perubahan iklim. Namun, menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, pelestarian sumber daya alam, dan risiko perubahan iklim menjadi tantangan besar.
Berikut adalah empat risiko utama terkait penggunaan lahan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan:
- Regulasi Baru untuk Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan
Peraturan terkait penggunaan lahan semakin kompleks, khususnya dalam upaya global melindungi keanekaragaman hayati. Misalnya:
- Inggris menerapkan hukum Biodiversity Net Gain sejak Januari 2024, yang mewajibkan proyek pembangunan meningkatkan keanekaragaman hayati.
- Prancis melalui Climate and Resilience Act (2021) bertujuan menghentikan pengurangan lahan alami pada 2050.
- Kolombia menggunakan bank habitat untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan mendukung restorasi lingkungan.
Selain itu, kerangka pelaporan seperti EU Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD) dan Taskforce on Nature-related Financial Disclosures (TNFD) semakin menuntut transparansi terkait penggunaan lahan, meningkatkan akuntabilitas perusahaan.
- Kerentanan Rantai Pasok Akibat Masalah Penggunaan Lahan
Degradasi lahan akibat deforestasi dan perubahan iklim dapat memengaruhi akses dan biaya bahan baku. Contohnya, EU Deforestation Regulation (EUDR) mengharuskan perusahaan membuktikan bahwa rantai pasok mereka tidak berkontribusi pada deforestasi pasca-2020. Kegagalan mematuhi aturan ini dapat menyebabkan sanksi ekonomi signifikan.
- Penggunaan Lahan untuk Mitigasi Iklim Melalui Penyerapan Karbon
Lahan dapat bertindak sebagai penyerap karbon melalui reforestasi, pertanian berkelanjutan, dan proyek serupa. Kredit karbon yang dihasilkan dari proyek ini dapat membantu perusahaan mengimbangi emisi dan mencapai target iklim. Namun, ada risiko terkait, seperti volatilitas pasar dan perubahan regulasi, yang dapat memengaruhi kredibilitas kredit karbon.
Sektor asuransi menawarkan solusi inovatif untuk mengurangi risiko di pasar karbon sukarela, baik bagi pembeli maupun pengembang proyek.
- Meningkatkan Ketahanan Iklim Melalui Solusi Berbasis Alam (NbS)
Solusi berbasis alam mencakup restorasi lahan basah dan infrastruktur hijau. Langkah ini dapat mengurangi risiko bencana alam. Selain itu, solusi ini juga mendukung keberlanjutan sosial dan ekonomi. Proyek berbasis alam seperti ini bisa diasuransikan. Asuransi ini membantu meningkatkan daya tahan aset secara berkelanjutan.
Mengintegrasikan penggunaan lahan ke dalam strategi manajemen risiko adalah langkah penting bagi perusahaan untuk menghadapi tantangan iklim. Dengan memanfaatkan solusi inovatif, perusahaan dapat memastikan keberlanjutan operasional sekaligus memenuhi tuntutan regulasi dan harapan pemangku kepentingan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Marsh, dengan judul The Rising Risk on Land. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.