Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Pada 16 Juli 2024, sebuah survei yang dilakukan oleh Audit Board mengungkapkan bahwa organisasi kini semakin mengakui pentingnya strategi digital yang canggih untuk melawan ancaman digital. Sekitar 65 persen dari responden melaporkan bahwa mereka telah berada dalam tahap kematangan manajemen risiko digital yang maju. Hal ini mencakup upaya mitigasi yang aktif dan pemantauan risiko digital secara berkelanjutan.

Angka ini meningkat pesat dibandingkan 26 persen pada 2023, berkat beberapa faktor. Salah satunya, 59 persen organisasi menganggap metrik risiko digital mereka sangat efektif, terutama dalam pengambilan keputusan. Selain itu, organisasi dengan kolaborasi antar departemen yang kuat melaporkan manajemen risiko dan pemantauan pihak ketiga lebih efektif. Kematangan manajemen risiko digital berkontribusi pada peningkatan efektivitas di berbagai area.

Integrasi Kerangka Manajemen Risiko Perusahaan

Sekitar 52 persen organisasi mengungkapkan bahwa mereka telah mengintegrasikan manajemen risiko digital ke dalam kerangka manajemen risiko perusahaan (Enterprise Risk Management/ERM). Kelompok ini melaporkan metrik yang lebih efektif, pemantauan pihak ketiga yang lebih maju, dan kolaborasi yang lebih kuat antar fungsi yang bekerja bersama dalam menangani risiko digital.

Laporan tersebut menyatakan, “Mengintegrasikan manajemen risiko digital ke dalam kerangka ERM yang lebih luas dapat meningkatkan strategi manajemen risiko digital secara signifikan.” Integrasi ini memastikan adanya keselarasan di seluruh perusahaan, menghasilkan strategi risiko yang lebih komprehensif dan kohesif. Kolaborasi yang kuat antar departemen sangat penting, karena dapat menghilangkan hambatan antar fungsi dan mendorong pendekatan yang lebih terpadu dalam mengelola risiko digital.

Banyak organisasi melaporkan bahwa mereka telah memperoleh manfaat dari solusi berbasis cloud untuk membantu mengelola risiko digital dan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kemampuan manajemen risiko mereka secara signifikan—terutama dalam mengotomatisasi respons dan meningkatkan deteksi ancaman.

“Lebih dari separuh organisasi besar yang disurvei menggunakan AI untuk meningkatkan produktivitas tim dan memperbaiki deteksi ancaman demi memperkuat posisi mereka dalam manajemen risiko digital,” kata laporan tersebut. “Hampir setengah dari mereka juga menggunakannya dalam pelaporan dan mengotomatisasi rencana tindakan serta respons.”

Namun, penggunaan AI memerlukan keseimbangan antara potensi risiko dan keuntungan. Sebagian besar organisasi (78 persen) melaporkan bahwa mereka telah mengidentifikasi dan melacak AI sebagai risiko teknologi yang sedang berkembang. Selain itu, implementasi kerangka kerja untuk penggunaan AI yang bertanggung jawab juga dianggap sangat penting.

Artikel ini telah diterbitkan oleh IRM, dengan judul Digital Risk Management Maturity Increases. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.