Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Tata kelola risiko siber sering kali penuh dengan istilah teknis seperti batas toleransi risiko atau simulasi Monte Carlo. Namun, pada dasarnya ini adalah soal penerapan nyata untuk melindungi organisasi Anda.

  1. Tentukan Batas Risiko Anda
    Menentukan “risk appetite” atau batas risiko yang dapat diterima adalah langkah awal yang penting. Ini melibatkan pemahaman tentang risiko-risiko yang mungkin dihadapi dan merumuskan batas risiko yang terukur, misalnya, “Kami siap menanggung kerugian hingga $1 juta per tahun.” Dengan batas yang jelas, pengambilan keputusan dapat menjadi lebih fokus dan efektif.
  2. Sesuaikan Pengeluaran dengan CRQ
    Setelah batas risiko ditetapkan, sesuaikan anggaran keamanan siber agar selaras dengan toleransi risiko tersebut. Gunakan Kuantifikasi Risiko Siber (Cyber Risk Quantification/CRQ) untuk mengukur apakah anggaran keamanan sudah cukup atau perlu penyesuaian. Grafik “loss exceedance curves” (LEC) dapat membantu memvisualisasikan kemungkinan kerugian dan dampaknya, sehingga Anda bisa memutuskan kapan perlu menambah atau mengurangi investasi keamanan.
  3. Manfaatkan Asuransi Siber secara Efektif
    Asuransi siber sebaiknya digunakan untuk insiden besar, bukan untuk kerugian rutin. Pilihlah cakupan asuransi untuk insiden yang dapat menimbulkan kerugian signifikan di luar batas risiko Anda. Misalnya, jika batas risiko Anda $5 juta, pertimbangkan asuransi yang melindungi dari kerugian hingga $50 juta, sehingga saat terjadi insiden besar, Anda memiliki perlindungan tambahan.
  4. Siapkan Cadangan untuk Risiko Ekstrem
    Selain asuransi, alokasikan dana cadangan untuk menghadapi risiko siber yang melebihi cakupan asuransi. Ini sangat penting untuk industri dengan persyaratan alokasi modal, seperti sektor jasa keuangan. Apabila terjadi kerugian yang sangat besar, dana cadangan dapat membantu perusahaan tetap stabil tanpa harus mengorbankan pendapatan utama.

Tata kelola risiko siber harus bersifat dinamis dan terus diperbarui. Lakukan evaluasi rutin terhadap batas risiko, anggaran keamanan, dan alokasi modal. Dengan menjaga kerangka tata kelola risiko tetap relevan dan adaptif, organisasi Anda akan lebih tangguh dalam menghadapi berbagai ancaman siber yang mungkin muncul.

Artikel ini telah diterbitkan oleh ISACA, dengan judul From Theory to Action: Building a Strong Cyber Risk Governance Framework. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.