Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Pada New York Climate Week 2024, Marsh McLennan bersama US Chamber of Commerce mengadakan diskusi dengan ilmuwan, pembuat kebijakan, dan pemimpin bisnis terkait adaptasi iklim. Diskusi ini menyentuh isu krusial: semakin banyak organisasi mulai mengevaluasi risiko iklim masa depan, tetapi masih ada yang belum memanfaatkan analisis biaya-manfaat dalam menentukan langkah adaptasi. Padahal, perubahan iklim telah menghadirkan dampak nyata bagi dunia bisnis.

Menurut Survei Adaptasi Iklim 2024 dari Marsh, 83% perusahaan sudah menilai risiko iklim, tetapi hanya 57% yang menggunakan analisis biaya-manfaat. Ini berarti banyak bisnis yang belum memaksimalkan informasi berharga dalam pengambilan keputusan terkait adaptasi iklim. Dengan pemahaman finansial yang lebih kuat, perusahaan dapat memperbaiki alokasi modal dan keputusan bisnis demi ketahanan yang lebih kokoh.

Upaya membangun ketahanan iklim tak dapat dilakukan sendiri. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga ilmiah menjadi kunci. NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) misalnya, berinvestasi hingga US$85 juta dalam pengembangan model risiko iklim untuk mendukung pengambilan keputusan dan membantu komunitas yang kurang terlayani.

Solusi berkelanjutan memerlukan pendanaan besar, dan di sini, sektor asuransi berperan penting. Kajian menunjukkan bahwa setiap US$1 yang diinvestasikan dalam ketahanan bencana menghasilkan penghematan ekonomi sebesar US$7. Pendanaan ini tidak hanya mengurangi dampak bencana tetapi juga mempercepat proses pemulihan.

Bisnis perlu melihat dampak iklim dari perspektif sistemik, termasuk infrastruktur, pemerintah, dan komunitas. Fokus pada level aset, seperti properti dan respons darurat, tak cukup tanpa memperhatikan sistem yang mendukungnya. Pendekatan ini akan membantu bisnis bersiap menghadapi risiko cuaca ekstrem.

Diskusi menyoroti pentingnya air dalam ketahanan iklim. Mississippi River, misalnya, menopang jutaan pekerjaan dan menghasilkan pendapatan besar bagi AS. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air menjadi vital dalam merancang ketahanan yang efektif.

Untuk kolaborasi efektif, sektor publik dan swasta perlu menyepakati definisi ketahanan yang sama. Dengan bahasa dan pemahaman yang sejalan, kita dapat menciptakan dampak kolektif dalam menghadapi perubahan iklim. Kolaborasi lintas sektor dan pendekatan komprehensif sangat diperlukan untuk menciptakan ketahanan iklim.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Marsh, dengan judul The Business Case for Climate Resilience. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.