Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Saat ini, gangguan serta volatilitas terus terjadi. Para profesional risiko berada di bawah tekanan dan pengawasan yang meningkat, termasuk praktisi yang paling berpengalaman sekalipun.

Pada laporan Accenture berjudul Hyper-disruption demands constant reinvention, disebutkan bahwa sejumlah bisnis merasakan tekanan akibat risiko tersebut. Penelitian menemukan bahwa sebanyak 83% bisnis mengatakan bahwa risiko-risiko yang kompleks dan saling berhubungan muncul lebih cepat; 81% mengatakan bahwa risiko di sektor lain kini menjadi penting bagi bisnis mereka; 77% mengatakan bahwa risiko lebih sulit untuk dideteksi dan dikelola; sedangkan 72% mengatakan bahwa kemampuan manajemen risiko mereka belum dapat mengimbangi perubahan lanskap yang terjadi dengan cepat. Sementara itu, yang termasuk sebagai risiko teratas yang meningkat adalah risiko operasional (30%), risiko keuangan (30%), dan risiko teknologi yang mengganggu (29%).

Ketika perusahaan-perusahaan merangkul penemuan kembali untuk menciptakan peluang dari semua disrupsi dan volatilitas ini, mereka perlu berpikir secara berbeda dalam memitigasi dan menavigasi risiko. Hal ini berarti membangun “pola pikir risiko” di seluruh perusahaan. Sebagian dari hal ini berarti memodernisasi keterampilan dan teknologi fungsi risiko.

Selain itu, perusahaan perlu mempercepat respons terhadap lingkungan risiko yang lebih meresap dan kompleks. Mereka pun sebaiknya mengambil langkah-langkah untuk menemukan kembali manajemen risiko.

Risiko: Pendorong Pertumbuhan dan Ketahanan

Dari penelitian, disimpulkan bahwa risiko ada di mana-mana. Pola pikir yang kurang baik terhadap manajemen risiko membuat perusahaan terpapar pada tingkat ancaman dan kerentanan yang lebih besar serta merusak ketahanan dan pertumbuhan bisnis. Perusahaan yang ingin menemukan kembali dan mengubah manajemen risiko dapat meniru para pemimpin risiko dalam empat cara sebagai berikut.

  1. Lakukan investasi pada teknologi baru mendeteksi, mengukur, dan memitigasi risiko di seluruh perusahaan.
  2. Ciptakan pemimpin risiko masa depan untuk membuka ketahanan dan pertumbuhan bisnis.
  3. Maksimalkan kelincahan fungsi risiko untuk merespons ancaman yang muncul melalui kapabilitas yang lebih kuat dan arsitektur yang fleksibel.
  4. Jadikan risiko sebagai urusan semua orang.

Pemimpin Risiko Memberdayakan Bisnis

Diketahui, data pemimpin risiko dalam hal pemberdayaan bisnis adalah sebagai berikut.

  1. Pemimpin sangat puas dengan upaya membuat risiko bekerja lebih efektif dengan fungsi-fungsi lain (3,1 kali lebih banyak dibandingkan yang tidak).
  2. Pemimpin sangat yakin bahwa tujuan terpenting para profesional risiko adalah untuk mengoptimalkan aktivitas bisnis baru (2,7 kali lebih banyak dibandingkan yang tidak).
  3. Pemimpin mengatakan bahwa mereka meningkatkan ketahanan bisnis (2,6 kali lebih banyak dibandingkan yang tidak).
  4. Pemimpin menerapkan teknologi untuk meningkatkan pengambilan keputusan fungsi risiko (2,4 kali lebih banyak dibandingkan yang tidak).
  5. Pemimpin meningkatkan kemampuan mereka untuk mendeteksi dan mengukur risiko (2,2 kali lebih banyak dibandingkan yang tidak).
  6. Pemimpin sangat puas dengan upaya mereka untuk mengurangi biaya pengelolaan risiko melalui outsourcing dan otomatisasi (1,9 kali lebih banyak dibandingkan yang tidak).

Penelitian risiko menegaskan bahwa pada sektor dan geografis, perusahaan menghadapi jaringan ancaman bisnis yang saling terkait. Banyak perusahaan yang tidak siap menghadapi tantangan. Fokus yang tidak memadai terhadap risiko menjadikan perusahaan mereka rentan sehingga dapat melemahkan penemuan kembali.

Langkah yang dapat diambil sudah jelas. Kita perlu mengikuti para pemimpin risiko, lalu mengubah hiper-disrupsi dan krisis yang meningkat menjadi peluang untuk membangun ketahanan dan pertumbuhan bisnis.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Accenture, dengan judul “Risk is everywhere: Hyper-disruption demands constant reinvention” pada 2 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.