Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola menjadi pembeda utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan di masa depan. Perubahan perspektif ini memiliki implikasi besar terhadap uji tuntas. Secara tradisional, uji tuntas berfokus pada serangkaian faktor komersial yang terkait dengan nilai, sedangkan penilaian keberlanjutan menekankan kepatuhan dan mitigasi risiko.

Uji tuntas ESG yang efektif membutuhkan metodologi yang kuat yang mempertimbangkan informasi spesifik industri dan wilayah untuk memperkirakan dan memvalidasi sinergi terkait. Dengan menggabungkan kerangka kerja standar dengan pendalaman yang spesifik untuk setiap transaksi, perusahaan dapat melakukan penilaian komprehensif yang menjadi dasar untuk diskusi mengenai strategi keberlanjutan.

Keberlanjutan: Bagian Integral Penilaian Komersial

Perusahaan dan investor memiliki motivasi untuk mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam penilaian komersial. Selain itu, transisi ke model bisnis yang lebih ramah lingkungan dapat mengurangi biaya, baik secara langsung maupun dalam jangka panjang.

Ada banyak persyaratan baru yang harus dipertimbangkan perusahaan ketika mengevaluasi akuisisi dan investasi besar lainnya. Sebagai contoh, mulai 2025, Pedoman Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (Corporate Sustainability Reporting Directive) mengamanatkan pengungkapan sosial dan lingkungan oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kehadiran signifikan di Uni Eropa. Selain itu, dua arahan yang diusulkan dari Komisi Eropa memiliki implikasi yang signifikan. Petunjuk tentang Klaim Hijau (Directive on Green Claims) akan mengatur perusahaan dalam mengomunikasikan dampak dan kinerja lingkungan mereka. Selain itu, Petunjuk Uji Tuntas Keberlanjutan Perusahaan (Corporate Sustainability Due Diligence Directive) menguraikan langkah-langkah untuk mengidentifikasi, mencegah, mengurangi, atau menghilangkan dampak negatif dari operasi perusahaan terhadap manusia dan lingkungan.

Untuk menciptakan nilai melalui keberlanjutan, perusahaan membutuhkan data yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan publik kini mengungkapkan data keberlanjutan, bahkan sering kali melebihi apa yang diwajibkan oleh peraturan. Di pasar swasta, industri ekuitas swasta baru-baru ini meluncurkan Inisiatif Konvergensi Data ESG (ESG Data Convergence Initiative/EDCI) untuk menstandarkan data keberlanjutan dan membuatnya lebih dapat ditindaklanjuti.

Materialitas Menentukan Prioritas Uji Tuntas ESG

Meskipun perusahaan dapat menciptakan nilai komersial melalui keberlanjutan, prioritasnya berbeda-beda di setiap industri. Beberapa industri, seperti baja, semen, bahan kimia, dan maskapai penerbangan, menghadapi kebutuhan yang mendesak untuk melakukan dekarbonisasi.

Untuk mengidentifikasi dan mengaktifkan pengungkit penciptaan nilai yang relevan, perusahaan perlu menentukan faktor-faktor ESG yang kemungkinan besar akan memengaruhi kinerja keuangannya, membandingkannya dengan perusahaan sejenis, dan memprioritaskan inisiatif perbaikan. Meskipun penilaian komprehensif dapat dilakukan sebagai proyek yang berdiri sendiri, mengintegrasikannya ke dalam uji tuntas komersial akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap hasil komersial.

Pendekatan Tiga Langkah

Pendekatan standar untuk uji tuntas ESG terdiri dari tiga langkah yang memberikan perspektif komprehensif tentang kinerja dan peluang penciptaan nilai. Ketiga langkah tersebut dipaparkan sebagai berikut.

  1. Beri penilaian terhadap faktor material perusahaan. Mulailah dengan menentukan bagaimana kumpulan keuntungan dalam industri perusahaan berkembang untuk menanggapi tren keberlanjutan utama.
  2. Lakukan perbandingan kompetitif. Selanjutnya, pastikan bagaimana posisi perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keuntungan dari tren ini.
  3. Pahami risiko terkait ESG spesifik perusahaan dan pengungkit penciptaan nilai. Dapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang risiko terkait ESG yang diidentifikasi dalam penilaian faktor-faktor material.

Pembeli dan Penjual Mendapatkan Wawasan

Baik pembeli maupun penjual dapat menerapkan wawasan (insight) yang diperoleh dari uji tuntas untuk menyelaraskan strategi mereka secara efektif dengan standar yang berkembang dan topik keberlanjutan khusus industri.

  1. Evaluasi dari Sisi Pembeli Menunjukkan Risiko dan Imbalan

Calon pembeli harus memastikan bahwa mereka menyadari risiko dan peluang terkait ESG yang terkait dengan target akuisisi potensial. Pada tahap awal, mereka dapat menggunakan data yang tersedia untuk umum untuk penilaian materialitas. Seiring dengan berjalannya uji tuntas, mereka dapat menggunakan data yang tersedia dari target untuk menyelidiki lebih dalam mengenai materialitas dan mengevaluasi sinergi serta dampak langsung.

  1. Penilaian dari Sisi Penjual Mendukung Penilaian

Bagi penjual, uji tuntas ESG dapat memberikan informasi penting untuk ekuitas yang disajikan kepada calon pembeli. Penjual harus mengidentifikasi apakah ESG memiliki sisi positif atau negatif yang signifikan bagi bisnis. Mereka harus mengintegrasikan strategi keberlanjutan ke dalam proses penjualan.

Keberlanjutan merupakan pertimbangan penting untuk menciptakan nilai. Oleh karena itu, keputusan penggabungan dan pengambilalihan (mergers and acquisitions/M&A) dan investasi harus mempertimbangkan hubungan integral antara komitmen perusahaan terhadap praktik berkelanjutan dan kekuatan komersialnya. Maka, mengintegrasikan ESG ke dalam agenda uji tuntas komersial sangat penting untuk memenuhi keharusan ini.

Artikel ini telah diterbitkan oleh BCG, dengan judul “Elevating ESG in Commercial Due Diligence” pada 27 Februari 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.