Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Kebangkrutan bank sering kali disebabkan oleh lemahnya tata kelola risiko, budaya, dan infrastruktur yang tidak memadai. Regulator biasanya merespons masalah ini dengan meningkatkan persyaratan modal, tetapi ada pendekatan yang lebih baik: penggunaan skor kualitas manajemen risiko (Risk Management Quality Score atau RMQS).

Setiap kali bank runtuh, sering terdengar bahwa pengukuran dan mitigasi risiko yang tidak efektif adalah penyebab utamanya. Regulator biasanya merespons dengan aturan yang lebih ketat, seperti meningkatkan persyaratan modal, tetapi ini tidak cukup mengatasi akar masalah: tata kelola risiko yang cacat, budaya risiko yang buruk, dan infrastruktur yang lemah.

RMQS dapat membantu mengurangi jumlah kebangkrutan bank dengan mendorong perbaikan dalam manajemen risiko. Skor ini menilai praktik manajemen risiko setiap bank secara langsung, menciptakan insentif bagi dewan direksi dan manajemen senior untuk memperbaiki budaya risiko, tata kelola, dan infrastruktur.

Dewan direksi dan manajemen senior sering kali terjebak dalam bias kognitif yang mendorong perilaku berisiko, seperti fokus pada keuntungan jangka pendek dengan mengorbankan stabilitas keuangan jangka panjang. Ini dapat diperburuk oleh kualitas budaya risiko, tata kelola, dan infrastruktur perusahaan yang buruk.

Mayoritas peristiwa risiko di bank dapat ditelusuri kembali ke kegagalan di tingkat dewan dan manajemen senior, seperti bagaimana risiko dikomunikasikan, diukur, dan dimitigasi. Persyaratan modal yang lebih tinggi, seperti proposal Basel III Endgame, hanya melindungi dari hasil manajemen risiko yang buruk, tetapi tidak menyelesaikan masalah mendasar.

Dengan menggunakan RMQS untuk menetapkan premi asuransi deposito berbasis risiko serta menentukan kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, dan rencana insentif kompensasi manajemen, bank dapat membatasi kejadian risiko eksistensial dan secara signifikan meningkatkan praktik manajemen risiko.

Industri farmasi memiliki sistem penilaian serupa yang disebut Quality Management Maturity (QMM) yang dirancang oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2022. QMM membantu mengurangi risiko pada rantai pasokan obat dengan menilai kualitas proses yang digunakan dalam pembuatan produk obat.

Regulator perbankan dapat menciptakan sistem penilaian serupa berdasarkan pilar-pilar berikut:

– Kualitas Budaya Risiko

– Kualitas Tata Kelola Risiko

– Kualitas Infrastruktur Risiko

Menggunakan matriks 2×2, skor kualitas manajemen risiko dan paparan risiko dapat dibagi menjadi empat kuadran. Bank dengan kualitas manajemen risiko tinggi (kuadran 1 dan 2) dapat mengambil eksposur risiko lebih tinggi, membayar premi asuransi deposito lebih rendah, dan mendapatkan target bonus penuh untuk manajemen.

Sebaliknya, bank dengan manajemen risiko yang buruk dan eksposur risiko tinggi (kuadran merah) tidak akan diizinkan untuk memperluas bisnis atau eksposur risiko mereka. Mereka juga akan menghadapi premi deposito yang lebih tinggi dan bonus tidak akan diizinkan hingga peringkat manajemen risiko mereka membaik.

Pendekatan penilaian kualitas manajemen risiko ini dapat membantu mengatasi masalah mendasar dalam tata kelola risiko bank dan mendorong peningkatan berkelanjutan dalam praktik manajemen risiko. Ini juga menciptakan insentif yang tepat bagi dewan direksi dan manajemen senior untuk fokus pada stabilitas jangka panjang daripada keuntungan jangka pendek. Adopsi RMQS dapat menjadi langkah penting dalam mengurangi kebangkrutan bank di masa depan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Garp pada 13 Oktober 2023, dengan judul How to Reduce Bank Failures: A Novel Approach. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.