Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam beberapa waktu terakhir, kita telah menyaksikan beberapa pelanggaran keamanan yang mencengangkan, seperti yang terjadi pada British Airways, Boots, dan BBC. Kelompok penjahat siber seperti Clop bekerja dengan kecepatan tinggi untuk menemukan dan memanfaatkan celah keamanan, seperti yang terjadi pada aplikasi transfer dokumen MOVEit. Biasanya, penjahat siber meminta tebusan secara langsung, tetapi dalam serangan ini, Clop meminta korban untuk menghubungi mereka sendiri.

Perubahan teknologi yang pesat, terutama dalam bidang kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan komputasi kuantum, mendorong lahirnya produk dan layanan baru serta cara kerja yang terus berubah. Teknologi baru juga muncul sebagai respons terhadap tantangan sosial seperti perubahan iklim dan perubahan demografis, yang memicu inovasi teknologi lebih lanjut.

Namun, perubahan teknologi yang cepat juga dapat membawa risiko negatif. Risiko teknologi mengacu pada konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari penggunaan atau penyalahgunaan teknologi, seperti pelanggaran data, serangan siber, kegagalan sistem, dan akses tidak sah ke informasi sensitif. Risiko ini dapat berdampak signifikan pada individu, organisasi, dan masyarakat.

Untuk mengelola risiko teknologi, organisasi dapat menerapkan beberapa strategi dan praktik terbaik, antara lain:

  1. Memahami Strategi Bisnis
    Menentukan pendorong bisnis dan masalah utama yang dihadapi organisasi adalah langkah awal yang penting. Inovasi teknologi baru dapat dipelajari untuk mencocokkan masalah dengan solusi teknologi yang tepat. Penting bagi IT untuk memahami strategi, pendorong, dan masalah yang lebih luas.
  2. Mengembangkan Strategi Teknologi
    Ini meliputi pemahaman jelas tentang teknologi yang digunakan dan bagaimana teknologi tersebut akan digunakan di masa depan. Organisasi harus mengidentifikasi teknologi kunci yang penting bagi operasional organisasi dan mengembangkan strategi untuk penerapan dan manajemennya.
  3. Melakukan Penilaian Risiko Secara Berkala
    Ini termasuk mengidentifikasi potensi kerentanan dan jalur serangan serta menerapkan kontrol keamanan untuk melindungi diri dari ancaman tersebut.
  4. Menerapkan Rencana Tanggap Insiden
    Rencana tanggap insiden yang kuat harus ada untuk merespons pelanggaran keamanan dan insiden terkait teknologi dengan cepat dan efektif. Rencana ini harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi dan menahan insiden keamanan serta memulihkan operasi normal.
  5. Mengikuti Tren Teknologi Terkini
    Ini termasuk memantau ancaman dan kerentanan terbaru serta terus mendapatkan informasi tentang teknologi baru yang dapat memberikan peluang bagi organisasi.
  6. Berinvestasi dalam Pelatihan dan Pendidikan
    Memberikan pelatihan tentang kesadaran keamanan dan praktik terbaik dalam penggunaan teknologi secara aman dan bertanggung jawab.
  7. Membangun Kemitraan dan Kolaborasi
    Membangun kemitraan dan kolaborasi dengan organisasi lain dan penyedia teknologi dapat membantu berbagi pengetahuan tentang praktik terbaik dan memberikan akses ke teknologi serta solusi baru.

Perubahan teknologi yang cepat dapat menghadirkan berbagai faktor risiko bagi organisasi. Untuk mengurangi risiko terkait dengan kecepatan perubahan teknologi, organisasi dapat berinvestasi dalam upaya pemantauan dan peninjauan teknologi untuk tetap mendapatkan informasi tentang teknologi baru dan risikonya. Mereka juga dapat melakukan manajemen risiko proaktif untuk menangani masalah potensial sebelum muncul dan siap untuk menyesuaikan kebijakan dan proses mereka sesuai kebutuhan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh ISACA dengan judul How to Mitigate Emerging Technology Risk. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.