Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Frekuensi kejadian cuaca ekstrem yang semakin meningkat memaksa beberapa perusahaan asuransi untuk mengurangi cakupan yang dapat mereka tawarkan. Di Amerika Serikat, negara bagian Florida dan California sering menjadi sorotan media. Namun, dampak cuaca ekstrem ini tidak hanya terbatas pada komunitas pesisir, melainkan juga mencakup badai konvektif berat, hurikan, banjir, dan kebakaran hutan di seluruh dunia.

Tingginya biaya kerugian memaksa perusahaan asuransi untuk menyeimbangkan kebutuhan menjaga modal agar dapat membayar klaim pemegang polis dengan meningkatnya permintaan akan cakupan risiko tersebut. Kesenjangan perlindungan, yaitu perbedaan antara total kerugian ekonomi dan apa yang ditanggung oleh produk asuransi, sering kali mencapai angka yang signifikan.

Berdasarkan laporan Aon 2023 tentang Cuaca, Iklim, dan Bencana, bencana alam menyebabkan kerugian ekonomi global sekitar $313 miliar pada tahun 2022. Namun, kurang dari separuh dari jumlah ini ($132 miliar) yang diasuransikan, menciptakan kesenjangan perlindungan asuransi sebesar 58%. 

Nadine Moore, Direktur Utama BCG, mengungkapkan bahwa kesenjangan perlindungan ini tidak hanya meningkatkan kerentanan dan penderitaan individu, tetapi juga merupakan indikator kunci ketahanan ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, mengurangi kesenjangan ini adalah hal yang sangat penting.

Strategi Inovatif untuk Mengatasi Kesenjangan Perlindungan

  1. Pemodelan Risiko Canggih: Industri asuransi memiliki sejarah panjang dalam pemodelan risiko dan bekerja sama dengan regulator untuk menciptakan produk yang adil dan efektif. Dengan kemajuan AI, industri ini dapat berinovasi lebih cepat dalam menciptakan solusi untuk risiko iklim.
  2. Penyebaran Beban: Obligasi bencana dan sekuritas yang terkait dengan asuransi adalah metode untuk memindahkan risiko kepada investor. Pasar ini dapat diperluas untuk mengisi kesenjangan dengan cara baru, mungkin dengan dukungan modal pemerintah. Asuransi parametrik—yang pembayaran klaimnya dipicu oleh parameter yang telah disepakati sebelumnya—adalah contoh lain dalam manajemen risiko yang memungkinkan pembayaran klaim lebih cepat saat bencana terjadi.
  3. Kemitraan Publik-Swasta: Struktur asuransi yang bergantung pada dana publik, seperti Flood Re di Inggris dan program reasuransi terorisme di AS, dapat dievaluasi untuk kemungkinan diperluas ke area lain untuk mendukung kesenjangan cakupan.
  4. Program Dukungan Pemerintah Baru: Di beberapa wilayah, industri perlu menemukan keseimbangan risiko dan imbal hasil yang sesuai. Pemerintah mungkin perlu mempertimbangkan alternatif baru ketika asuransi menjadi semakin mahal. Bencana terbaru merupakan panggilan untuk tindakan bagi perusahaan asuransi untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam membangun program baru yang melengkapi produk asuransi yang ada.
  5. Pengurangan Risiko Jangka Panjang: Regulator bangunan dan perencana kota juga memiliki peran penting dalam memastikan standar bangunan baru membatasi kerusakan. Misalnya, desain dan konstruksi atap dapat menjadi mekanisme efektif dalam mengurangi kerusakan akibat angin atau kebakaran. Teknik-teknik ini memerlukan waktu untuk diterapkan dan mungkin memerlukan dukungan pendanaan.

Dengan mengadopsi strategi-strategi ini, industri asuransi dapat beradaptasi dengan tantangan cuaca ekstrem dan memperkecil kesenjangan perlindungan yang ada.

Artikel ini telah diterbitkan oleh BCG pada 10 Oktober 2023, dengan judul How Insurers Can Innovate in Response to Extreme Weather Events. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.