Manajer risiko secara profesional cenderung bersikap jujur. Informasi yang salah atau menyesatkan dapat menyebabkan tingkat risiko yang tidak optimal. Namun, sejauh mana manajer risiko harus menahan diri bersikap jujur agar tidak mengganggu inovasi, kerja sama, dan efisiensi?
Pemalsuan Poin Data
Gregor Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika karena karyanya yang inovatif dalam hal pewarisan sifat pada 1800-an. Namun, sejak awal 1900-an, banyak orang mengeluh bahwa data yang dihasilkannya terlalu mirip dengan modelnya. Dengan kata lain, publik menyebut bahwa data Mendel bukan merupakan hasil eksperimen yang jujur.
Ide Mendel tidak pernah dituduh “mengarang data”. Sebaliknya, dia dituduh memalsukan beberapa poin data untuk membuat hasil penelitiannya lebih kuat, baik secara sengaja maupun tidak. Jika Mendel tidak memalsukan data, mungkin dirinya memerlukan waktu yang lebih lama agar karya terobosannya dalam bidang genetika dapat diterima. Sayangnya, dalam beberapa dekade setelah penelitian Mendel, peneliti lain yang lebih jujur bisa diabaikan karena hasil yang dilaporkan lebih berantakan, bahkan jika temuan mereka serupa dengan Mendel.
Seimbangkan Kegunaan dan Kejujuran
Nyatanya, dilema Mendel ada di mana-mana dalam penelitian. Dalam versi buku teks, para peneliti melakukan eksperimen dengan ide-ide mereka. Pada praktiknya, eksekusi eksperimen tidak pernah sepenuhnya jelas.
Kredibilitas ilmiah berasal dari penilaian yang tepat ketika data cukup kuat digunakan untuk membuat klaim. Ilmuwan yang membuat klaim prematur yang kemudian dibantah akan kehilangan reputasi, baik ketika melaporkan hasil penelitian dengan kejujuran penuh atau memalsukannya dengan sedikit trik. Sebaliknya, ilmuwan yang klaimnya didukung oleh penelitian selanjutnya akan mendapatkan prestise dan kredibilitas.
Para peneliti di sektor swasta menghadapi masalah yang sama dengan para ilmuwan akademis. Para pengambil keputusan tidak memiliki keahlian dan waktu untuk memahami detail lengkap sebuah investigasi. Sebaliknya, para peneliti harus mengomunikasikan apa yang mereka ketahui dalam bentuk yang disederhanakan. Laporan ini sekaligus untuk menunjukkan secara akurat ketidakpastian yang ada, dengan menyeimbangkan antara kegunaan dan kejujuran.
Untuk itulah, manajer risiko harus menuntut kejujuran. Organisasi terkadang membuat pernyataan publik yang menunjukkan ketiadaan toleransi terhadap sesuatu yang kurang jujur. Tanpa budaya risiko yang baik, manajemen risiko tidak ada gunanya. Sikap terhadap kejujuran adalah aspek utama dari budaya risiko.
Artikel ini telah diterbitkan oleh Global Association of Risk Professionals (GARP), dengan judul “Is Honesty Really the Best Policy in Risk Management?” pada 18 Agustus 2023. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.