Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Dalam industri seperti pertambangan, minyak dan gas, serta kimia, risiko bencana selalu ada. Meskipun perusahaan berusaha keras mencegahnya, bencana tetap bisa terjadi. Oleh karena itu, perusahaan yang berpikiran maju tidak hanya fokus pada pencegahan, tetapi juga siap dengan strategi untuk menghadapi dan mengurangi dampak ketika bencana terjadi.

Bencana seperti tumpahan minyak dan keruntuhan bendungan tailing menunjukkan betapa pentingnya kesiapan. Misalnya, tumpahan minyak Deepwater Horizon pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kurangnya kesiapan bisa mengakibatkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi. Perusahaan yang terlibat mengalami penurunan harga saham sebesar 55% dalam setahun setelah kejadian.

Empat Elemen Manajemen Krisis yang Efektif

  1. Tim Khusus untuk Menangani Krisis: Perusahaan di industri berisiko tinggi perlu memiliki tim khusus yang siap menghadapi skenario terburuk. Tim ini harus terdiri dari manajer yang berpengalaman dan beragam disiplin ilmu.
  1. Informasi Terbaru tentang Aset Lingkungan: Memiliki data dasar tentang aset lingkungan yang mungkin terkena dampak sangat penting. Ini membantu dalam menilai kerusakan dan merancang langkah pemulihan dengan cepat.
  1. Hubungan dengan Pemimpin Lokal: Menjalin hubungan baik dengan pemimpin komunitas lokal dan memahami struktur tata kelola komunitas dapat membantu dalam respons cepat dan efektif saat krisis terjadi.
  1. Gambaran Akurat tentang Aktivitas Ekonomi: Mengetahui aktivitas ekonomi di daerah yang mungkin terkena dampak penting untuk memastikan kompensasi yang tepat dan pemulihan yang efektif.

Tiga Tahap Pemulihan Bencana

  1. Pra-Krisis: Fokus pada pencegahan dan persiapan respons. Mengidentifikasi titik-titik stres potensial dan membangun budaya perusahaan yang mendukung pelaporan masalah.
  1. Saat Krisis: Transparansi adalah kunci. Tim respons krisis harus segera bertindak dengan keputusan cepat dan tepat. Informasi harus disebarkan secara terbuka kepada semua pihak yang terlibat.
  1. Pasca-Krisis: Setelah situasi stabil, lakukan penilaian total dampak dan mulai proses pemulihan. Komunikasikan rencana pemulihan secara transparan untuk membangun kepercayaan dan memastikan reputasi perusahaan tetap terjaga.

Persiapan menghadapi krisis mungkin tampak berlebihan jika bencana tidak pernah terjadi. Namun, memiliki rencana manajemen krisis yang baik dapat memperpendek durasi dan mengurangi dampak bencana, melindungi lingkungan, dan menjaga nilai perusahaan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Kearney, dengan judul Crisis Management: Best Practices Begin Before Disaster Strikes. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.