Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Saat industri konstruksi membuat komitmen di tahun 2023 dan seterusnya, banyak negara memperluas anggaran konstruksi dan belanja infrastruktur utama. Hal ini akan memulai banyak proyek terencana dan kritis.

Namun, industri ini masih belum pulih dari dampak guncangan global, termasuk pandemi dan konflik di Ukraina, yang telah mengganggu masyarakat, rantai pasokan, dan perekonomian. Sekarang hampir setiap jenis proyek konstruksi — baik perumahan, komersial, industri, atau infrastruktur — terkena dampak tingkat inflasi tertinggi dalam lebih dari 30 tahun dan krisis tenaga kerja yang signifikan.

Meskipun ada optimisme tentang proyek baru dan pertumbuhan di masa depan, dalam jangka pendek hingga menengah, industri ini diperkirakan akan tetap dalam keadaan tak menentu.

Pertemuan risiko yang mempengaruhi industri konstruksi

Perusahaan konstruksi beroperasi dalam lanskap risiko yang sulit. Ketidakpastian harga saat ini secara signifikan mengganggu asumsi yang sebelumnya digunakan untuk memperkirakan biaya material. Akibatnya, sangat sulit untuk menganggarkan dan memperkirakan kemungkinan untuk proyek baru.

Realitas saat ini juga memengaruhi kepercayaan pemilik dalam memilih kontraktor umum dan mekanisme pengiriman yang tepat untuk proyek mereka di tengah meningkatnya kekhawatiran gagal bayar kontrak karena penetapan harga yang lebih tinggi, keterlambatan material, dan kekurangan pekerja terampil.

Terlepas dari banyaknya tantangan, industri dan para pemangku kepentingannya telah terbukti tangguh ketika menghadapi tingkat inflasi yang tinggi serta ketidakpastian biaya dan pasokan.

Sekarang industri memiliki akses ke data, informasi, dan perangkat yang lebih baik. Kemudahan ini berguna untuk membantu mereka memitigasi risiko dan membangun strategi ketahanan. Mengingat, dewasa ini semakin sulit untuk menetapkan dan mempertahankan anggaran proyek dan memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.

Perusahaan konstruksi harus fokus pada tiga tindakan berikut.

  1. Tinjau kontrak dan mekanisme pengiriman

Keputusan strategis yang dibuat pada awal kontrak seringkali merupakan keputusan yang paling penting ketika dihadapkan pada tantangan, apakah perselisihan kontrak tentang peran dan tanggung jawab, pembengkakan biaya, wanprestasi kontraktor/subkontraktor, atau force majeure. Pada saat-saat seperti ini, penting untuk meningkatkan komunikasi dan mengusahakan kejelasan dalam perjanjian, dengan mengingat hal-hal berikut.

  • Satu ukuran tidak cocok untuk semua. Mulailah dengan pandangan baru pada kontrak daripada secara refleks menggunakan kembali kata-kata dari perjanjian sebelumnya.
  • Perhatikan baik-baik mekanisme pengiriman proyek yang Anda pilih, yang akan disertakan dalam kontrak Anda.
  • Sempurnakan kata-kata kontrak Anda untuk mengurangi risiko perselisihan, termasuk yang mungkin timbul dari kenaikan biaya, kekurangan tenaga kerja, dan gangguan rantai pasokan.
  1. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen risiko proyek

Proyek konstruksi, terutama yang besar, membutuhkan keterlibatan berbagai subkontraktor di berbagai tahap. Keseluruhan proyek akan bergantung pada subkontraktor tertentu yang memiliki bahan yang dibutuhkan. Selain itu, personel terampil untuk melaksanakan pekerjaan selama tenggat yang diberikan. Hal tersebut dibutuhkan supaya proyek tetap berada di jalurnya.

Sementara banyak perusahaan memiliki sistem manajemen risiko perusahaan, hanya sedikit yang telah menetapkan sistem manajemen risiko proyek. Sistem ini dapat memperkuat kepercayaan keuangan dan pemangku kepentingan lainnya dalam suatu proyek dan membantu proyek tetap pada jalurnya melalui identifikasi risiko dan aksi mitigasi.

Sistem manajemen risiko proyek juga dapat mengidentifikasi masalah kinerja subkontraktor sejak dini dan membantu pemilik dan kontraktor mengatasi tantangan secara aktual, baik dengan bekerja sama dengan subkontraktor untuk mengatasi masalah tersebut atau mengidentifikasi penggantinya. Pendekatan mana pun dapat membantu mengurangi risiko gangguan proyek yang memicu penundaan yang memakan lebih banyak biaya.

  1. Ambil langkah-langkah untuk meminimalkan klaim

Klaim bisa saja dikaitkan dengan desain yang salah, pengerjaan yang buruk, dampak bencana alam, penundaan, atau subkontraktor. Hal ini dapat memengaruhi likuiditas perusahaan secara signifikan. Perusahaan harus fokus untuk mencoba mengurangi potensi klaim dengan mengidentifikasi masalah sejak dini dan menanganinya secara tepat waktu melalui sistem manajemen risiko proyek atau cara lain.

Jika klaim tidak dapat dihindari, penting untuk berfokus pada pengurangan biaya dan waktu pemrosesan agar pekerjaan dapat dilanjutkan. Perusahaan dapat menggunakan pembandingan klaim yang efektif untuk membantu menentukan praktik terbaik dalam menangani klaim dan mengidentifikasi peluang penghematan biaya. Penting juga untuk mengidentifikasi penyebab kerugian dan mengatasi masalah tersebut untuk mengurangi risiko tantangan serupa di masa mendatang.

Lanskap risiko geopolitik, ekonomi, dan sosial saat ini memberikan tekanan yang meningkat pada perusahaan konstruksi. Itulah alasan mengapa perusahaan konstruksi membutuhkan rencana manajemen risiko yang kuat. Tujuannya, membantu mereka mengidentifikasi risiko yang berkembang dan muncul serta mengambil tindakan untuk mengatasinya.

Risiko bisa menjadi lebih saling terkait dan kompleks. Itulah alasan mengapa kontraktor harus mencari pendekatan yang lebih kolaboratif dengan pemilik proyek yang memungkinkan risiko untuk dibagi dan proyek bergerak maju hingga berhasil diselesaikan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Marsh, dengan judul 3 Ways Construction Companies Can Mitigate Project Risk And Improve Resilience pada 12 Juni 2022. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.