Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Resesi global terbaru memberikan dampak yang berbeda di berbagai industri, sektor, dan wilayah. Sektor properti residensial menyusut, sedangkan sektor energi dan kesehatan tetap kuat. Penurunan ekonomi saat ini berbeda dari yang sebelumnya, dan hal ini membuat manajer risiko kredit perlu memantau indikator ekonomi global dan dampaknya dengan lebih rinci. 

Di tahun mendatang, risiko kredit akan sangat dipengaruhi oleh faktor politik, seperti hasil pemilu, perkembangan perang di Ukraina, hubungan AS-Tiongkok, kemungkinan terjadinya peristiwa tak terduga, kinerja perusahaan, dan kebijakan moneter.

Para pemberi pinjaman akan menghadapi tekanan yang berbeda tergantung pada jenis portofolio mereka. Untuk mengurangi tekanan ini, mereka perlu lebih fokus pada layanan pinjaman di segmen yang paling terkena dampak penurunan ekonomi. Bagi bank, ini berarti memantau portofolio komersial dan konsumen dengan lebih detail dan bertindak cepat jika ada tanda-tanda masalah. 

Bagi perusahaan non-keuangan yang memberikan kredit, seperti piutang dagang, diperlukan penjaminan dan pemantauan yang lebih ketat. Risiko kredit perdagangan menjadi tantangan bagi lembaga keuangan yang memberikan pinjaman berbasis aset atau menjamin sekuritisasi, terutama dengan piutang sebagai jaminan. Oleh karena itu, lembaga-lembaga ini harus membantu pelanggan korporat mereka mengidentifikasi dan mengatasi risiko kredit dalam portofolio piutang mereka.

Selama pandemi, pemberi pinjaman fokus pada memenuhi permintaan yang meningkat karena suku bunga rendah dan tingginya permintaan perumahan. Mereka menambah staf dan berinvestasi dalam proses dan teknologi. Kini, dengan berakhirnya bantuan pemerintah akibat COVID-19, suku bunga meningkat, dan inflasi tinggi, pasar perumahan mendingin dan volume pinjaman turun drastis. Kondisi ini memerlukan pergeseran fokus dari pemberian pinjaman baru ke layanan dan mitigasi kerugian.

Tren Pasca-Pandemi yang Mempengaruhi Layanan Pinjaman

Pergeseran fokus ke layanan dalam rantai nilai pinjaman mengharuskan perusahaan layanan pinjaman mempertimbangkan pengaruh eksternal berikut:

  1. Kondisi Ekonomi yang Berubah

Berakhirnya penangguhan kredit akibat pandemi bersamaan dengan kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi dapat meningkatkan risiko pinjaman bermasalah, keterlambatan pembayaran, dan penyitaan. Pertumbuhan portofolio selama pandemi mungkin diikuti oleh peningkatan risiko dalam penurunan ekonomi. Perusahaan layanan pinjaman mungkin harus menurunkan nilai buku transaksi dan membangun cadangan kerugian, yang mempengaruhi laporan laba rugi mereka.

  1. Permintaan Pengalaman Pelanggan yang Lebih Baik

Selama pandemi, pemberi pinjaman fokus pada pengalaman pelanggan dalam pemberian pinjaman. Namun, pengalaman layanan sering kali buruk. Sekarang, pelanggan menuntut transparansi, personalisasi, dan transaksi yang mulus. Perusahaan fintech menawarkan platform berbasis cloud yang efisien dan patuh regulasi, menggantikan metode lama.

  1. Pengawasan Regulasi yang Meningkat

Banyak regulator global kini lebih fokus pada perlakuan adil terhadap peminjam, dengan perhatian pada pengelolaan keluhan, penagihan, penangguhan kredit, dan mitigasi kerugian. Regulator terbaru telah mengeluarkan pedoman yang menyoroti area di mana pengawasan diperketat.

Fungsi manajemen risiko kredit korporat kini fokus pada memperbaiki cara kerja mereka dan menyesuaikan dengan kondisi terkini. Institusi yang memberikan pinjaman dengan jaminan piutang perlu bekerja sama dengan peminjam mereka untuk memastikan piutang dapat ditagih dengan baik. Kerja sama ini penting agar perusahaan dan lembaga keuangan bisa memaksimalkan hasil dan siap menghadapi risiko kredit yang lebih besar di masa depan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Protiviti, dengan judul Managing Credit Risk in a Differentiated Downturn. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.