Dalam era yang semakin dipenuhi dengan kekhawatiran akan perubahan iklim dan kerusakan alam, perusahaan menghadapi tekanan yang meningkat dari para pemangku kepentingan untuk bertindak lebih cepat, teliti, dan autentik. Harapan para pemangku kepentingan ini berkembang pesat baik dalam cakupan maupun intensitas, menjadikan tantangan lingkungan sebagai fokus utama untuk membangun kepercayaan mereka.
Risiko yang Mengintai di Balik Keberlanjutan
Dalam upaya memenuhi tuntutan keberlanjutan, perusahaan dihadapkan pada berbagai risiko yang dapat merusak integritas dan kepercayaan, di antaranya:
- Komitmen dan Klaim yang Tidak Tercapai atau Tidak Didukung Bukti
Banyak perusahaan membuat janji besar terkait keberlanjutan, namun sering kali gagal dalam pencapaiannya atau tidak memiliki bukti yang mendukung klaim tersebut.
- Klaim yang Tidak Berbasis Ilmiah
Beberapa perusahaan bergantung pada kompensasi karbon tanpa dasar ilmiah yang kuat, yang bisa berisiko mengaburkan kenyataan dan mengurangi kepercayaan.
- Korupsi dan Penipuan
Investasi dalam iklim dan alam sangat rentan terhadap korupsi dan penipuan, terutama karena pasar ini masih baru muncul dan belum sepenuhnya diawasi.
- Kurangnya Pertimbangan terhadap Dampak Sosial dan Komunitas
Tidak jarang perusahaan mengabaikan dampak sosial dan komunitas dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan keberlanjutan.
- Greenwashing
Komunikasi yang menyesatkan atau mengklaim lebih hijau dari kenyataan sering kali digunakan oleh perusahaan untuk memperbaiki citra mereka tanpa tindakan nyata.
Perusahaan kini semakin terpapar risiko litigasi dan perubahan standar pelaporan. Perubahan legislatif sering kali terlambat, sehingga saat perusahaan mulai menerapkan pelaporan wajib terkait iklim atau alam, kepercayaan komunitas mungkin sudah menurun dan dapat mengakibatkan tindakan hukum. Lebih dari 2.000 kasus litigasi terkait iklim telah diidentifikasi di seluruh dunia, dengan jumlah yang meningkat dua kali lipat sejak 2015.
Peran Krusial Dewan Direksi
Dewan direksi memiliki peran penting dalam membangun dan mempertahankan kepercayaan perusahaan. Mereka harus memahami peran mereka dalam menanamkan integritas melalui empat pilar kepercayaan:
- Kemanusiaan: Menunjukkan minat dan rasa ingin tahu yang tulus terhadap kekhawatiran pemangku kepentingan terkait iklim dan alam.
- Transparansi: Berdialog secara terbuka tentang tantangan, ketidakpastian, dan kompromi yang diperlukan dalam upaya keberlanjutan.
- Kapabilitas: Memastikan bahwa kepemimpinan dan karyawan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memahami dan mengatasi risiko iklim dan alam dengan efektif.
- Keandalan: Mempertanggungjawabkan kepemimpinan untuk memenuhi komitmen iklim dan alam secara konsisten dan dapat diandalkan.
Membangun dan mempertahankan kepercayaan yang kuat dapat memberikan nilai yang signifikan bagi bisnis, termasuk meningkatkan loyalitas pelanggan, produktivitas karyawan, penerimaan komunitas, serta memperkuat hubungan dengan investor dan pemasok. Namun, dengan kompleksitas dan taruhannya yang tinggi, kehilangan kepercayaan pemangku kepentingan bisa terjadi dengan mudah.
Dewan direksi harus terus memantau perubahan harapan pemangku kepentingan dan memastikan integritas dalam komitmen dan klaim perusahaan. Dewan direksi juga perlu mendukung manajemen dalam menanamkan budaya yang selaras dengan tujuan perusahaan dan menerapkan perspektif sistemik saat merespons risiko iklim dan alam.
Dengan pendekatan yang tepat, perusahaan dapat menghadapi tantangan keberlanjutan dan membangun masa depan yang lebih aman dan dapat dipercaya bagi semua pemangku kepentingan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh World Economic Forum, dengan judul The Chairperson’s Guide to Climate Integrity Earning and Enhancing Trust through the Sustainability Transition. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.