Sebagai tindak lanjut dari acara Kick Off Meeting Profesi Manajemen Risiko Sektor Jasa Keuangan Tahun 2023 “Tantangan dan Peluang Profesi Manajemen Risiko dalam Pencapaian Tujuan Keuangan Berkelanjutan” yang diadakan IRMAPA pada Maret lalu, IRMAPA bersama dengan dengan IFG Progress dan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Samratulangi, Manado melaksanakan Survei Manajemen Risiko: Konteks Korporasi Indonesia Tahun 2023.
Adapun survei tahun 2023 ini diikuti oleh lebih dari 500 responden dari berbagai latar belakang jabatan dan perusahaan di Indonesia. Laporan survei ini tidak hanya menampilkan profil risiko utama berupa 5 (lima) risiko teratas yang dipicu oleh isu-isu geopolitik, makroekonomi, sosial, alam dan internal perusahaan saja, namun juga menyajikan informasi mengenai kesiapan manajemen risiko berbagai perusahaan di Indonesia dalam mengantisipasi risiko-risiko utama yang ada beserta informasi penting terkait lainnya.
Sebagai soft launching laporan survey, pada hari Rabu, 7 Juni 2023, dilaksanakan webinar Launching Laporan Survei Manajemen Risiko: Konteks Korporasi Indonesia Tahun. Webinar diawali dengan pembukaan oleh Ketua IRMAPA, Charles R. Vorst. Pada kesempatan tersebut, Charles menyampaikan laporan survei ini merupakan inisiatif dari IRMAPA sebagai respons dari belum tersedianya referensi profil risiko dengan konteks Indonesia. Harapannya, laporan survei ini dapat menjadi rujukan bagi praktisi dan profesional manajemen risiko di korporasi serta menjadi referensi tentang profil risiko di Indonesia setiap tahunnya. Charles juga menyampaikan, pada survei tahun ini IRMAPA bekerja sama dengan IFG Progress dan Universitas Samratulangi dengan tujuan meningkatkan kualitas laporan survey, selain dari memperluas mitra IRMAPA serta meningkatkan jumlah responden.
Selanjutnya sambutan diberikan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Samratulangi (FEB Unsrat) Ivonne S. Saerang. Dalam kesempatan tersebut, Ivonne menyampaikan apresiasi terhadap Laporan Survei Manajemen Risiko: Konteks Korporasi Indonesia yang telah ditulis secara komprehensif oleh akademisi, periset, serta para profesional yang kredibel. Harapannya, laporan survei ini dapat memperluas wawasan para dosen dan meningkatkan kompetensi mahasiswa terkait dengan manajemen risiko di samping meningkatkan keandalan penerapan manajemen risiko di berbagai perusahaan di tanah air.
Pada webminar ini, keynote speech disampaikan oleh Reza Yamora Siregar selaku Senior Executive Vice President IFG Progress, yang kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Joubert B. Maramis (Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FEB Unsrat), Ibrahim Kholilul Rohman (Senior Research Associate IFG Progress), serta Rachmadi Gustrian (Sekretaris Jenderal IRMAPA), dengan moderator Hendrik Gamaliel (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama FEB Unsrat).
Reza Yamora Siregar: Risiko Finansial Berpotensi Jadi Krisis
Reza menyebutkan, pemahaman risiko diperlukan dalam bidang korporat untuk menghadapi potensi krisis. Nyatanya, pada setiap inflasi tinggi yang muncul, selalu ada risiko finansial yang berpotensi menjadi krisis. Pola-pola yang terjadi sebelumnya bisa menjadi pedoman (guideline) sebagai antisipasi. Yang sulit adalah mengidentifikasi awal mula krisis sekaligus risiko dan dampak yang akan ditimbulkan.
Sebagai contoh, Covid-19 yang muncul pertama kali di Indonesia pada Maret 2020 tidak pernah disangka akan berdampak ke menurunnya pertumbuhan ekonomi secara cepat meskipun ia merupakan krisis pada bidang kesehatan. Untuk itulah, survei risiko menjadi sesuatu yang sangat diperlukan.
Joubert B. Maramis: Risiko perang Ukraina Mampu Ubah Stabilitas Ekonomi
Dalam paparannya, Joubert melaporkan hasil sejumlah riset mengenai risiko-risiko yang dapat muncul dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam hasil riset World Economic Forum, misalnya, risiko terbesar dalam 2 tahun ke depan adalah biaya tempat tinggal, sedangkan risiko dalam 10 tahun ke depan adalah menyangkut iklim. Riset Bloomberg, sementara itu, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kemungkinan resesi terendah kedua pada 2023. Artinya, Indonesia dinilai memiliki fundamental ekonomi yang mampu mengantisipasi fenonema krisis di masa depan.
Dari hasil riset-riset yang dipaparkan, kebanyakan di antaranya menyebutkan konflik yang dihadapi Rusia dan Ukraina sebagai risiko yang paling berpengaruh di dunia. Risiko perang kedua negara mampu mengubah stabilitas ekonomi yang juga akan memengaruhi pertumbahan ekonomi dunia. Risiko-risiko lain yang muncul dalam hasil riset adalah masalah pangan, krisis utang, perubahan iklim, dan Covid-19.
Ibrahim Kholilul Rohman: Responden Survei Memiliki Pengalaman yang Tajam
Paparan dilanjutkan dengan laporan hasil survei manajemen risiko 2023 oleh IFG Progress. Responden yang terlibat sebanyak 590 orang dengan 69% di antaranya adalah laki-laki. Survei yang digelar pada 4 Februari hingga 12 Maret 2023 ini diikuti oleh responden yang mayoritas berusia produktif (35—55 tahun). Sebanyak 83% di antaranya diketahui memiliki sertifikasi risiko. Sektor para responden kebanyakan berasal dari sektor jasa keuangan/SJK (368 responden), dengan 51,36% dari mereka bekerja di bidang asuransi.
Dari survei tersebut, terdapat lima profil risiko yang mungkin dihadapi: geopolitik, makroekonomi global, kebijakan dan sosial, alam, serta internal perusahaan. Sedangkan kesiapan menghadapi risiko berdasarkan dari hasil survei didapatkan 73% responden merasa siap menghadapi risiko. Jika dibandingkan, sektor keuangan diketahui lebih siap menghadapi risiko dibandingkan sektor riil, serta BUMN/BUMD juga lebih siap dibandingkan non-BUMN/BUMD, demikian perusahaan publik lebih siap dibandingkan perusahaan privat. Aspek yang perlu ditingkatkan dalam agar mampu mengatasi risiko antara lain meningkatkan kapasitas SDM terutama dalam hal kompetensi manajemen risiko.
Rachmadi Gustrian: Maturity Tiap Perusahan Berbeda-beda
Manajemen risiko dijelaskan dalam beberapa standar dan peraturan, yaitu COSO, SNI ISO 31000:2018, POJK 44/POJK.05/2020, dan Per-2/MBU/03/2023. Dengan manajemen risiko dapat menghadapi dan mengendalikan risiko yang ada.
Dalam implementasi three lines model, terdapat lini 1,5 yang bertugas membuat kajian risiko untuk aktivitas tertentu. Lini ini merupakan kombinasi dari first liner (pemilik risiko) dan second liner (satker manajemen risiko). Maturity penerapan manajemen risiko tiap perusahaan berbeda sehingga manajemen risiko harus disesuaikan. Konsep 1,5 line ini bisa jadi pilihan bagi perusahaan dengan jumlah dan kompetensi SDM yang terbatas.
Setelah pemaparan selesai, webinar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab. Adapun saat ini laporan survei sedang dalam proses pengurusan ISBN, di mana selanjutnya laporan dapat diunduh nanti di website IRMAPA.
Gambar 1. Cover Laporan Survei Manajemen Risiko: Konteks Korporasi Indonesia Tahun 2023
Gambar 2. Sambutan oleh Charles R. Vorst, Ketua IRMAPA
Gambar 3. Sambutan oleh Ivonne S. Saerang, Dekan FEB Unsrat
Gambar 4. Keynote Speech oleh Reza Yamora Siregar, Senior Executive Vice President IFG Progress
Gambar 5. Pemaparan Materi oleh Joubert B. Maramis, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FEB Unsrat
Gambar 6. Pemaparan Materi oleh Ibrahim Kholilul Rohman, Senior Research Associate IFG Progress
-o0o-