Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan generative AI (gen AI) menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan bagi penyedia layanan keamanan siber. Dengan semakin banyaknya organisasi di sektor publik dan swasta yang memanfaatkan AI untuk meningkatkan operasional mereka, ancaman siber baru pun muncul. Situasi ini menciptakan permintaan besar untuk solusi keamanan siber yang lebih canggih.
Ancaman Siber dan Peran AI
AI tidak hanya membantu perusahaan, tetapi juga digunakan oleh pelaku kejahatan untuk melancarkan serangan yang lebih canggih. Contohnya, gen AI memungkinkan pembuatan email phishing atau deepfake yang sangat realistis, sehingga mudah menipu karyawan untuk memberikan informasi sensitif. Sejak 2015, kerugian akibat kejahatan siber telah meningkat lebih dari dua kali lipat, dan serangan phishing berbasis AI meningkat 1.265% sejak 2022.
Rata-rata, perusahaan membutuhkan 73 hari untuk menangani insiden siber. Ditambah dengan semakin banyaknya perangkat yang rentan, kurangnya tenaga kerja di bidang keamanan siber, dan regulasi baru yang ketat, banyak organisasi kini mengandalkan pihak ketiga untuk membantu mengelola risiko siber.
Kesempatan Besar untuk Penyedia Keamanan Siber
Bagi penyedia keamanan siber, ini adalah peluang besar yang bisa dimanfaatkan dengan berinvestasi pada inovasi dan strategi baru. Beberapa langkah yang perlu diambil:
- Mengintegrasikan AI ke dalam produk keamanan siber
AI dapat membantu mendeteksi ancaman lebih cepat dan merespons insiden dengan lebih efisien. Misalnya, penggunaan gen AI untuk menganalisis data besar dapat mengidentifikasi ancaman tersembunyi dan merekomendasikan tindakan yang tepat. - Melindungi aplikasi berbasis AI
Banyak perusahaan membutuhkan solusi keamanan untuk melindungi sistem AI mereka dari kerentanan. Survei menunjukkan, lebih dari 97% perusahaan berencana meningkatkan anggaran untuk vendor eksternal demi melindungi aplikasi AI mereka. - Menghadapi ancaman dari permukaan serangan yang semakin luas
Serangan siber kini tidak hanya menargetkan perangkat seperti server atau endpoint, tetapi juga identitas, aplikasi, media sosial, hingga alat kolaborasi. Ini menciptakan risiko baru yang membutuhkan strategi keamanan lebih kompleks. - Mengatasi tantangan regulasi dan kekurangan tenaga kerja
Regulasi seperti NIS 2 Directive di Uni Eropa dan aturan keamanan siber baru di Amerika Serikat mendorong perusahaan untuk berinvestasi lebih dalam keamanan siber. Di sisi lain, industri ini menghadapi kekurangan tenaga kerja, terutama di bidang keamanan cloud, AI, dan zero trust.
Pasar Keamanan Siber yang Terus Tumbuh
Pada 2024, organisasi di seluruh dunia menghabiskan sekitar $200 miliar untuk produk dan layanan keamanan siber, naik dari $140 miliar pada 2020. Pasar ini diproyeksikan tumbuh 12,4% per tahun hingga 2027. Peluang besar ada bagi penyedia keamanan siber yang dapat menawarkan solusi inovatif dan memenuhi kebutuhan perusahaan.
AI adalah pedang bermata dua dalam keamanan siber—di satu sisi, AI mempermudah deteksi dan penanganan ancaman, tetapi di sisi lain, AI juga meningkatkan kecanggihan serangan siber. Untuk tetap relevan, penyedia keamanan siber harus terus berinovasi, mengintegrasikan AI, dan membantu organisasi menjaga keamanan sistem mereka.
Dengan memanfaatkan tren ini, penyedia layanan keamanan siber dapat menangkap peluang pasar global senilai $2 triliun. Inilah waktu yang tepat untuk berinvestasi pada teknologi keamanan AI.
Artikel ini telah diterbitkan oleh McKinsey, dengan judul The Cybersecurity Provider’s Next Opportunity: Making AI Safer. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.