Oleh: Haris Firmansyah, SE & Sekretariat IRMAPA

Di tengah dorongan untuk mendapatkan 80% energi dunia dari energi terbarukan pada 2035, industri ini menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal rantai pasokan. Sebagai contoh, ketergantungan yang berlebihan pada satu negara untuk komponen-komponen penting, seperti polisilikon, telah meningkatkan ketegangan geopolitik dan membahayakan rantai pasokan.

Yang menambah kerumitan adalah ketidakpastian finansial yang mengganggu usaha energi terbarukan. Tekanan inflasi pun memicu gelombang pembatalan proyek. Selain itu, lonjakan pesat dalam integrasi energi terbarukan membebani jaringan listrik. Diperkirakan, kapasitas energi terbarukan global akan memunculkan permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi operator jaringan listrik, yaitu mencapai 2,5 kali lipat dari tingkat saat ini pada 2030. Secara keseluruhan, semua hal tersebut membutuhkan strategi manajemen risiko rantai pasokan yang mampu memitigasi dampak dan probabilitas potensi gangguan.

Penilaian Risiko Rantai Nilai Energi Terbarukan

Terdapat risiko pada faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap industri energi terbarukan, yang dijelaskan sebagai berikut.

  1. Geopolitik

Ketergantungan pada satu negara dan ketegangan geopolitik antarnegara menimbulkan risiko yang signifikan karena 60% teknologi energi bersih yang diproduksi secara massal di dunia dipasok dari satu negara.

  1. Operasional

Harga bahan baku yang berfluktuasi, meningkat dua kali lipat antara 2020 dan 2022. Permintaan yang lebih tinggi juga membebani distribusi jaringan. Kesulitan menemukan talenta yang terspesialisasi turut memperparah kendala ekspansi energi terbarukan.

  1. Lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental, social, and governance/ESG)

Penambangan dan produksi bahan mentah memiliki risiko pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Misalnya, pada 2021, Amerika Serikat (AS) melarang produk dari Xinjiang, Tiongkok, akibat laporan adanya kerja paksa.

  1. Peraturan dan kepatuhan

Keterbatasan visibilitas terhadap dampak pertambangan menghambat upaya pencegahan dan mitigasi bahaya, sedangkan kebijakan energi yang kurang optimal menimbulkan tantangan tambahan.

  1. Keamanan informasi

Di Amerika Utara, perusahaan energi menghadapi jumlah serangan siber tertinggi, mencapai 20% dari semua serangan. Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya dan turbin angin dikendalikan dari jarak jauh oleh sistem komputer terpusat sehingga lebih rentan terhadap kejahatan siber.

  1. Keuangan

Karena berbagai faktor, risiko kebangkrutan membayangi industri energi terbarukan. Selain itu, subsidi besar untuk teknologi energi terbarukan pun dapat berubah seiring dengan pergantian pemerintahan.

  1. Geografis

Aset energi terbarukan menghadapi risiko yang signifikan dari bencana alam.

Membuat Rantai Pasokan Energi Terbarukan Lebih Tangguh

Perusahaan yang berpikiran maju memahami risiko untuk mendapatkan gambaran besar tentang rantai pasokan dengan mengidentifikasi kerentanan geo-konsentrasi. Berikut adalah beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh para pemimpin.

  1. Mengamankan kontrak dengan pemasok yang tepat

Secara proaktif, perusahaan harus menegosiasikan dan mengamankan kontrak dengan pemasok yang mengelola risiko rantai pasokan. Hal ini akan memastikan pasokan stabil dan hubungan menjadi lebih kuat.

  1. Memindai tren pasar untuk mengetahui kemajuan teknologi dan produk pengganti

Perusahaan perlu memantau tren pasar dengan waspada, dengan melibatkan analisis proaktif dan pandangan strategis ke depan. Pendekatan proaktif ini memungkinkan pengambilan keputusan yang gesit sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang baru sekaligus memitigasi risiko.

  1. Melakukan audit kualitas pabrik

Selain memverifikasi kepatuhan terhadap standar, audit juga memberikan wawasan yang berharga tentang efisiensi proses, ketahanan rantai pasokan, dan area potensial untuk perbaikan.

  1. Membangun kemitraan strategis dengan produsen peralatan asli (original equipment manufacturer/OEM)

Dengan menyelaraskan tujuan, memanfaatkan kekuatan yang saling melengkapi, dan membina komunikasi yang terbuka, perusahaan dapat membuka sinergi, mempercepat inovasi, dan memitigasi risiko di seluruh rantai pasokan.

  1. Menanamkan kemampuan manajemen risiko ke dalam operasi sehari-hari.

Perusahaan-perusahaan terkemuka berfokus pada inisiatif strategis yang membangun ketahanan ke dalam fungsi-fungsi bisnis. Memiliki manajemen risiko sebagai bagian dari budaya organisasi adalah fondasi untuk membangun ketahanan rantai pasokan jangka panjang yang berkelanjutan.

Artikel ini telah diterbitkan oleh Kearney, dengan judul “Unveiling The Vulnerabilities: Unpacking Risks in The Renewable Energy Supply Chain” pada 24 Mei 2024. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.