Pada tahun 1980-an, Angkatan Udara AS menciptakan istilah “keamanan siber” untuk menggambarkan perlindungan terhadap jaringan komputer. Istilah ini pertama kali diperkenalkan ke publik pada tahun 1985 melalui sebuah makalah dari Angkatan Udara.
Memasuki tahun 1990-an, dengan pesatnya pertumbuhan internet, pemerintah AS membentuk National Institute of Standards and Technology (NIST) untuk mengembangkan standar keamanan siber. NIST kemudian menerbitkan Special Publication (SP) 800-53 pada tahun 1997 yang berisi kontrol keamanan untuk sistem informasi.
Seiring dengan meningkatnya frekuensi dan kecanggihan serangan siber, keamanan siber kini meliputi perlindungan semua aspek sistem dan jaringan komputer, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, data, dan orang-orang. Dengan semakin banyaknya aktivitas yang berpindah ke dunia maya, informasi pribadi dan finansial menjadi semakin rentan terhadap serangan siber. Oleh karena itu, keamanan siber menjadi isu penting bagi perusahaan, pemerintah, dan individu. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan audit keamanan siber.
Audit keamanan siber membantu organisasi dari berbagai ukuran untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko keamanan mereka. Ini adalah pemeriksaan sistematis terhadap kontrol keamanan informasi untuk memastikan efektivitas perlindungan data dan sistem sensitif.
Enam Manfaat Audit Keamanan Siber:
- Identifikasi dan Mitigasi Risiko: Menemukan dan mengurangi kerentanan dalam sistem.
- Lindungi Informasi Sensitif: Memastikan data terlindungi dengan enkripsi dan kontrol akses.
- Patuhi Regulasi: Menjamin kepatuhan terhadap standar keamanan.
- Tingkatkan Postur Keamanan: Mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan dalam kontrol keamanan.
- Dapatkan Kepercayaan Pelanggan: Meningkatkan kepercayaan pelanggan dengan komitmen terhadap keamanan data.
- Pertahankan Kontinuitas Bisnis: Melindungi sistem dan data penting untuk mencegah gangguan operasional.
Langkah-langkah Melakukan Audit Keamanan Siber
Melakukan audit keamanan siber melibatkan enam langkah berikut:
- Rencanakan dan Tentukan Ruang Lingkup Audit
Auditor harus memahami lingkungan TI, tujuan, dan risiko organisasi sebelum memulai audit. Pengetahuan tentang kerangka kerja keamanan siber juga penting.
- Kumpulkan Informasi dan Data
Gunakan metode seperti:
- Penilaian Risiko: Mengidentifikasi risiko potensial terhadap infrastruktur TI.
- Alat Pemindai Kerentanan: Menemukan kerentanan dalam sistem.
- Pengujian Penetrasi: Mensimulasikan serangan untuk mengidentifikasi kelemahan.
- Evaluasi Efektivitas Kontrol Keamanan
Evaluasi kontrol seperti akses, enkripsi, dan respons insiden untuk memastikan efektivitasnya.
- Tinjau Data yang Dikumpulkan
Identifikasi kerentanan dan evaluasi efektivitas kontrol dalam menangani risiko.
- Dokumentasikan Temuan dan Buat Rekomendasi
Laporan harus jelas dan ringkas, mencakup rekomendasi perbaikan yang mudah dipahami dan diimplementasikan.
- Tindak Lanjuti Hasil Audit
Pastikan organisasi menerapkan rekomendasi dan pantau kemajuan perbaikan postur keamanan.
Audit keamanan siber yang rutin sangat penting untuk memastikan bahwa kontrol keamanan tetap efektif, kerentanan diidentifikasi dan ditangani, serta data terlindungi dengan baik. Dengan investasi dalam audit keamanan siber, organisasi dapat mengurangi risiko serangan dan pelanggaran data, memperbaiki postur keamanan, serta meningkatkan kepercayaan pelanggan.
Artikel ini telah diterbitkan oleh ISACA dengan judul Six Benefits of a Cybersecurity Audit (and 6 Steps to Perform One). Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.